Pages

Wednesday, November 16, 2005

Mengupas Sedikit di Balik Demo Anti Bush

Sedikit Liputan Demo di Kampus Kyoto

Suasana Demonstrasi di Main Campus Kyoto University









Demonstrasi adalah sarana yang mudah dan ampuh untuk menyuarakan aspirasi. Demonstrasi tidak selalu harus diidentikkan dengan anarki, emosi, terlebih dengan perbuatan merusak. Sama halnya seperti pengalaman saya di ITB dulu, demonstrasi yang gambarnya telah saya upload di sebelah ini niscaya berjalan dengan tenang, tertib, namun menarik.

Gambar-gambar ini saya ambil pada waktu istirahat (pukul 12.00 - 13.00 waktu Kyoto). Samar-samar anda bisa melihat tulisan "APEC" pada Baligo, dan pasti bisa menebak-nebak topik apa yang sedang mereka angkat. Pastinya berhubungan dengan salah satu negara APEC yang menjadi mitra Jepang.


Berangkat menuju ke Imperial Palace









Hari ini Presiden Amerika Serikat, George W. Bush berkunjung ke Kyoto guna melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jepang Junichiro Koizumi. Karena kemampuan saya untuk membaca kanji sangat kurang, bahkan hampir nol, saya pun hanya menebak-nebak apa maksud dari demonstrasi ini.

"Tenggelamlah bersama Bush, Koizumi" atau "Turunlah bersama Bush, Koizumi" ?

Dalam aksi ini, Bush dan Koizumi diintimidasi untuk "turun". Maksud "turun" di sini masih ambigu bagi saya.

Walaupun tampaknya antusiasme masyarakat kampus relatif rendah, masih banyak orang yang lalu lalang (khususnya mahasiswa asing seperti saya) yang menyempatkan diri untuk menonton "pertunjukan". Bahkan beberapa mahasiswa asing diberikan kesempatan untuk berorasi mengungkapkan perasaannya. Walaupun tidak seatraktif orang jepang di dalam berorasi, tetap saja rambut pirang, badan tinggi, dan bahasa jepang yang terbata-bata menjadi atraksi tersendiri.

Kampus yang kembali sepi setelah Demo










Demo diakhiri dengan long march menuju Kyoto Imperial Palace, tempat Bush melakukan diskusi dengan Koizumi. Entah apa yang mereka lakukan di sana. Rasanya tidak mungkin mereka digebuk polisi atau membuat kericuhan. Demo yang menarik, dan membuat rindu kepada kampusku, ITB zaman dulu.

Kemanusiaan Universal Melahirkan Kebencian Universal
Rupanya Amerika Serikat, khususnya George Bush telah menjadi musuh bersama masyarakat dunia. Invasi ke Iraq yang brutal dan ternyata bermotif ekonomi telah menjadikan Bush musuh orang-orang di seluruh belahan bumi. Bahkan pemimpin yang berasosiasi dengannya dianggap seburuk dirinya. Tidak terkecuali Junichiro Koizumi.

Kemampuan empati manusia di negara-negara maju jauh lebih baik dibandingkan dengan manusia di negara berkembang, lebih-lebih apabila dibandingkan dengan negara terbelakang. Pembunuhan massal Bush di Iraq dengan "mesin" Amerikanya, atas dasar kepentingan ekonomi semata (untuk mengatur harga minyak dunia) pasti membuat geram orang yang mampu berpikir. Kegeraman ini membuahkan kebencian terhadap Bush dan kroninya. Kebencian itu bahkan datang dari rakyatnya sendiri.

Nilai kemanusiaan universal telah diinjak-injak, bentuk reaksi yang muncul adalah kebencian universal dari penduduk dunia. Bush dan Amerikanya boleh menguasai ekonomi dunia, tapi bisa jadi suatu saat kepentingan materi yang dikaitkan dengan ekonomi akan tidak berarti. Pada saat itulah (mungkin) kita bisa menyaksikan letusan benih-benih kebencian yang telah termanifestasi. Sebagian orang akan melihatnya sebagai kembang api yang indah, dan sebagian lagi akan melihatnya sebagai bom yang dahsyat. Maybe...

Sedikit Mengenai Demo di Indonesia
Di dalam melakukan demo ini, teman-teman di Kyoto University agaknya memperhatikan beberapa hal yang memang HARUS diperhatikan oleh para perancang demo di belahan dunia lain. Demo yang tidak ada persiapan yang matang secara teknis dan ideologis, hanya akan menjadi angin lalu.

Di Indonesia, ketidakadilan dan kekecewaan rakyat hanya bisa disalurkan melalui demo, yang sama sekali tidak diperhatikan oleh Pemerintah. Melihat komentar-komentar para petinggi di Indonesia, agaknya demo hanya dianggap sebagai angin lalu saja.

Beberapa contoh
"Biarkan saja, nanti juga setelah mereka ga bisa makan mereka berhenti berdemo." kata wapres Jusuf Kalla ketika ditanya seorang wartawan mengenai demo kenaikan BBM.
"Silakan masyarakat berdemo, Pemerintah sudah punya latar belakang mengapa sebuah kebijakan dilakukan." kata Presiden SBY ketika ditanya mengenai maraknya demo di Indonesia.

Bagi yang ingin berdemo sih demo aja. Suarakan suara kamu. Walaupun bapak bapak petinggi kita tidak mendengar anda, paling tidak ada kepuasan bagi diri sendiri. Dan selain itu, orang lain pun bisa belajar dari ide yang anda punya. Intinya, walaupun tidak diliput oleh media secara besar-besaran, atau tidak dihiraukan oleh Petinggi negara, Demonstrasi tetap memiliki pengaruh tersendiri.

2 comments:

Fendrri said...

hahaha. Bisa jadi pak... ada ada aja cara orang buat sensasi sekarang sekarang ini.

Fendrri said...

hmm... itulah. Kalo untuk kasus Indonesia, saya rasa kita butuh lebih dari sekedar politikus. Kita butuh pemimpin yang tangguh.