Pages

Tuesday, January 31, 2006

Hijrahlah!!

Akan tiba saatnya ketika seorang anak manusia merasa stagnan. Entah karena merasa sungguh tidak berdaya dan hampir menyerah, atau merasa luar biasa mapan dan merasa tidak ada yang perlu diperjuangkan. Sifat stagnan akan membuat manusia kehilangan semangat untuk bertebaran di muka bumi untuk mewarnai hidup. Pada masa-masa seperti ini, seorang manusia perlu melakukan hijrah.

Hijrah?... Ya, Hijrah sahabat-sahabatku!!!

Hijrah berarti berpindah. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Berpindah dari satu kondisi kepada kondisi yang lain. Hijrah akan membuat si pelaku hijrah memiliki semangat baru, kekuatan baru, sudut pandang baru, hidup baru. Hijrah akan membebaskan seseorang dari penjara-penjara pikirannya (penjara kultur, penjara sejarah, penjara sistem sosial, dll) Ketika berhijrah, seseorang akan mulai berjuang dari nol lagi. Membuka halaman baru dengan semua yang serba baru.

Rasulullah saw pun melakukan hijrah dari Makkah menuju Madinah. Ketika itu, beliau sungguh ada di dalam tekanan yang amat dahsyat dari kafir Quraisy. Tugas berat (menyeru jalan selamat bagi seluruh umat manusia) masih dipikulnya, namun ancaman pembunuhan membayanginya. Turunlah perintah Allah untuk berhijrah. Meninggalkan tanah kelahiran, meninggalkan harta, meninggalkan semua (yang secara kasat mata) paling berarti.

Peristiwa Hijrah Rasulullah saw tersebut, ditetapkan sebagai dasar penanggalan kalender hijriah. Penetapan kalender hijriah bukan didasari tahun kelahiran Rasul, bukan pula tahun ia wafat. Mengapa? Jawabannya mungkin karena Hijrah-lah yang menjadi titik tolak perjuangan Rasul di dalam menegakkan jalan-Nya. Dengan berhijrahlah beliau mampu mentransformasi Islam menjadi kekuatan yang diakui oleh umat manusia.

Kita harus selalu ingat, bahwa walaupun ada banyak arah dan tujuan, hijrah yang utama adalah hijrah untuk membangun dan memperbaiki diri sendiri demi menggapai cinta sejati, cinta Allah Penggenggam alam semesta, serta menegakkan agamaNya.

Semoga semangat hijrah Rasulullah saw. senantiasa mewarnai jiwa kita semua di tahun baru hijriah ini. HAJARLAH KESOMBONGAN ZAMAN!!!

***Selamat Tahun Baru Hijriah 1427***

Semoga dapat menjadi penyemangat bagi jiwa-jiwa yang sedang lesu (termasuk jiwaku)...

Tuesday, January 10, 2006

Korbankan "Ismail"mu!!!

Jamarat. Perlambangan Syaitan yang menggoda Ibrahim ketika menjalankan perintah "Korbankan Ismail".

KORBANKAN “Ismail” mu! (terinspirasi oleh “Haji” karangan Dr. A. Syariati)

Ismail adalah anak dari Nabi Ibrahim a.s. Ibrahim a.s. Sangat menyayangi Ismail yang kelak akan juga menjadi seorang nabi. Bagaimana tidak, Ketika itu Ibrahim a.s sudah sangat tua, sedang ia belum juga dikaruniai oleh seorang anak. Setelah berdoa dan berdoa, akhirnya Allah mengkaruniai Ibrahim a.s. dengan Ismail. Sayangnya Ibrahim a.s. kepada Ismail luar biasa.

Idul Adha dan berhaji adalah napak tilas dari perjalanan Ibrahim a.s. ketika menjalankan perintah Tuhan yang sangat berat. Menyembelih Ismail. Di dunia ini, selain Ismail, mungkin tidak ada yang lebih disayangi oleh Ibrahim a.s. Namun Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail yang sangat ia sayangi. Apa tujuan dibalik perintah itu?

Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Namun sebagai manusia, ia masih memiliki kecintaan kepada dunia. Kecintaan Ibrahim a.s. kepada dunia termanifestasi pada Ismail. Maka ketika Allah memerintahkan Ibrahim a.s. untuk menyembelih Ismail, sebenarnya Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan kecintaannya kepada dunia. Apakah Ibrahim a.s. melakukannya? Jawabnya adalah YA. Dengan melewati berbagai macam rintangan dan godaan, akhirnya ia melaksanakan perintah Allah. Ismail pun tak kalah tabah dan berserahnya. Keikhlasan Ismail untuk menerima perintah Allah menjadi salah satu kunci keyakinan Ibrahim a.s. di dalam melaksanakan perintah tersebut. Pada akhirnya, Ismail digantikan oleh hewan qurban, dan Ibrahim a.s. tidak kehilangan apapun. Sebagai symbol bahwa kecintaan kepada Allah tidak akan membawa manusia kepada kesengsaraan.

Kisah nabi Ibrahim tersebut seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Di dalam hati kita semua, kecintaan kepada dunia pasti ada. Bahkan tidak jarang kecintaan kepada dunia mendominasi dan mengalahkan kecintaan kita kepada Allah. Banyak orang yang lebih cinta uang daripada Allah. Banyak orang yang lebih cinta perempuan daripada Allah. Banyak orang yang lebih cinta menonton pertandingan liga Inggris di TV daripada Allah (sekedar mengingatkan diri sendiri, hehe..).

Idul Adha adalah ajang yang mengingatkan kita untuk MENGORBANKAN “Ismail-Ismail” kita di dunia. Tentunya untuk menggapai cinta yang lebih mulia. Mengorbankan di sini tentunya simbolis (makanya diberi bold dan italic) Identifikasi apa dan siapa “Ismail”mu, dan jangan biarkan cinta kita kepada “Ismail-Ismail” kita di dunia melebihi cinta kita kepada Sang Pencipta.

*SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1426 Hijriah*
Semoga kita selalu senantiasa berusaha untuk menggapai cinta-NYA…
 Posted by Picasa

Monday, January 02, 2006

Merdeka dari Panca Indra

Terbebasnya Keterbatasan Indera Manusia


Sebagai manusia, seringkali kita lupa akan keterbatasan dan kelemahan kita. Sering sekali kita merasa hebat. Lebih hebat daripada makhluk lain, lebih hebat daripada manusia lain, bahkan seringkali secara tidak sadar kita merasa lebih hebat daripada Tuhan. Padahal manusia tidaklah begitu hebat.


Manusia penuh dengan keterbatasan dan kelemahan. Dan selamanya akan seperti itu. Kelemahan yang harus selalu diingat dan diwaspadai adalah terbatasnya kemampuan otak kita. Semua informasi yang diterima manusia diproses oleh otak. Sinyal-sinyal melalui panca indera diteruskan dan kemudian diinterpretasi oleh otak kita. Jadi sebenarnya hidup yang kita rasakan ini adalah interpretasi dari otak kita semata. Kita akan selalu terpenjara di dalam otak kita selama kita hidup. Interpretasi-interpretasi yang sama sekali belum tentu nyata.


Kebahagiaan atau kesengsaraan sejati baru akan dirasakan seorang manusia ketika ia mengecup kematian. Pada saat itu, hubungan seorang manusia dengan fisiknya di dunia akan terputus. Ia akan mampu melihat dan merasakan hakikat dari segalanya. Tanpa dibatasi oleh tembok-tembok indera. Saya berharap, ketika saat itu tiba, kebahagiaan sejati yang saya rasakan. Bukan penyesalan dan kesedihan. Dan semoga kebahagiaan sejati dirasakan juga oleh semua yang berhak mendapatkannya.

A Tribute to My Uncle

Transisi

Terang ditelan gelap

Ceria ditelan sedih

Kebenaran ditelan kejahatan

Hidup ditelan mati


Begitulah dunia ini apa adanya

Tiada ada yang abadi selamanya

Hanya Dia yang akan selalu ada

Bertahta di atas singgasanaNya


Apalah daya seorang manusia

Ketika kuasanya ada batasnya

Menyesal tidaklah berguna

Sang hati kan terus menderita


Melepas pekatnya benci

Mampu menerima transisi

Adalah kekuatan yang tiada tara

Arungilah dunia sebagai ksatria


*A tribute to my Uncle, who went to meet the call of his Lord on January the 1st 2006.*


Innalillahi wa inna ilaihi raji'un

Telah berpulang ke Rahmatullah Om Yana di Tasikmalaya. Semoga Arwah beliau diterima dengan baik di sisiNya. Diterima amal ibadahnya, diampuni segala dosa dan kesalahannya. Aamiiiin.