Jamarat. Perlambangan Syaitan yang menggoda Ibrahim ketika menjalankan perintah "Korbankan Ismail".
KORBANKAN “Ismail” mu! (terinspirasi oleh “Haji” karangan Dr. A. Syariati)
Ismail adalah anak dari Nabi Ibrahim a.s. Ibrahim a.s. Sangat menyayangi Ismail yang kelak akan juga menjadi seorang nabi. Bagaimana tidak, Ketika itu Ibrahim a.s sudah sangat tua, sedang ia belum juga dikaruniai oleh seorang anak. Setelah berdoa dan berdoa, akhirnya Allah mengkaruniai Ibrahim a.s. dengan Ismail. Sayangnya Ibrahim a.s. kepada Ismail luar biasa.
Idul Adha dan berhaji adalah napak tilas dari perjalanan Ibrahim a.s. ketika menjalankan perintah Tuhan yang sangat berat. Menyembelih Ismail. Di dunia ini, selain Ismail, mungkin tidak ada yang lebih disayangi oleh Ibrahim a.s. Namun Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail yang sangat ia sayangi. Apa tujuan dibalik perintah itu?
Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Namun sebagai manusia, ia masih memiliki kecintaan kepada dunia. Kecintaan Ibrahim a.s. kepada dunia termanifestasi pada Ismail. Maka ketika Allah memerintahkan Ibrahim a.s. untuk menyembelih Ismail, sebenarnya Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan kecintaannya kepada dunia. Apakah Ibrahim a.s. melakukannya? Jawabnya adalah YA. Dengan melewati berbagai macam rintangan dan godaan, akhirnya ia melaksanakan perintah Allah. Ismail pun tak kalah tabah dan berserahnya. Keikhlasan Ismail untuk menerima perintah Allah menjadi salah satu kunci keyakinan Ibrahim a.s. di dalam melaksanakan perintah tersebut. Pada akhirnya, Ismail digantikan oleh hewan qurban, dan Ibrahim a.s. tidak kehilangan apapun. Sebagai symbol bahwa kecintaan kepada Allah tidak akan membawa manusia kepada kesengsaraan.
Kisah nabi Ibrahim tersebut seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Di dalam hati kita semua, kecintaan kepada dunia pasti ada. Bahkan tidak jarang kecintaan kepada dunia mendominasi dan mengalahkan kecintaan kita kepada Allah. Banyak orang yang lebih cinta uang daripada Allah. Banyak orang yang lebih cinta perempuan daripada Allah. Banyak orang yang lebih cinta menonton pertandingan liga Inggris di TV daripada Allah (sekedar mengingatkan diri sendiri, hehe..).
Idul Adha adalah ajang yang mengingatkan kita untuk MENGORBANKAN “Ismail-Ismail” kita di dunia. Tentunya untuk menggapai cinta yang lebih mulia. Mengorbankan di sini tentunya simbolis (makanya diberi bold dan italic) Identifikasi apa dan siapa “Ismail”mu, dan jangan biarkan cinta kita kepada “Ismail-Ismail” kita di dunia melebihi cinta kita kepada Sang Pencipta.
*SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1426 Hijriah*
Semoga kita selalu senantiasa berusaha untuk menggapai cinta-NYA…
KORBANKAN “Ismail” mu! (terinspirasi oleh “Haji” karangan Dr. A. Syariati)
Ismail adalah anak dari Nabi Ibrahim a.s. Ibrahim a.s. Sangat menyayangi Ismail yang kelak akan juga menjadi seorang nabi. Bagaimana tidak, Ketika itu Ibrahim a.s sudah sangat tua, sedang ia belum juga dikaruniai oleh seorang anak. Setelah berdoa dan berdoa, akhirnya Allah mengkaruniai Ibrahim a.s. dengan Ismail. Sayangnya Ibrahim a.s. kepada Ismail luar biasa.
Idul Adha dan berhaji adalah napak tilas dari perjalanan Ibrahim a.s. ketika menjalankan perintah Tuhan yang sangat berat. Menyembelih Ismail. Di dunia ini, selain Ismail, mungkin tidak ada yang lebih disayangi oleh Ibrahim a.s. Namun Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail yang sangat ia sayangi. Apa tujuan dibalik perintah itu?
Ibrahim a.s. adalah kekasih Allah. Namun sebagai manusia, ia masih memiliki kecintaan kepada dunia. Kecintaan Ibrahim a.s. kepada dunia termanifestasi pada Ismail. Maka ketika Allah memerintahkan Ibrahim a.s. untuk menyembelih Ismail, sebenarnya Allah memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan kecintaannya kepada dunia. Apakah Ibrahim a.s. melakukannya? Jawabnya adalah YA. Dengan melewati berbagai macam rintangan dan godaan, akhirnya ia melaksanakan perintah Allah. Ismail pun tak kalah tabah dan berserahnya. Keikhlasan Ismail untuk menerima perintah Allah menjadi salah satu kunci keyakinan Ibrahim a.s. di dalam melaksanakan perintah tersebut. Pada akhirnya, Ismail digantikan oleh hewan qurban, dan Ibrahim a.s. tidak kehilangan apapun. Sebagai symbol bahwa kecintaan kepada Allah tidak akan membawa manusia kepada kesengsaraan.
Kisah nabi Ibrahim tersebut seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Di dalam hati kita semua, kecintaan kepada dunia pasti ada. Bahkan tidak jarang kecintaan kepada dunia mendominasi dan mengalahkan kecintaan kita kepada Allah. Banyak orang yang lebih cinta uang daripada Allah. Banyak orang yang lebih cinta perempuan daripada Allah. Banyak orang yang lebih cinta menonton pertandingan liga Inggris di TV daripada Allah (sekedar mengingatkan diri sendiri, hehe..).
Idul Adha adalah ajang yang mengingatkan kita untuk MENGORBANKAN “Ismail-Ismail” kita di dunia. Tentunya untuk menggapai cinta yang lebih mulia. Mengorbankan di sini tentunya simbolis (makanya diberi bold dan italic) Identifikasi apa dan siapa “Ismail”mu, dan jangan biarkan cinta kita kepada “Ismail-Ismail” kita di dunia melebihi cinta kita kepada Sang Pencipta.
*SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1426 Hijriah*
Semoga kita selalu senantiasa berusaha untuk menggapai cinta-NYA…
haturnuhun renungannya, thanks for (always) sharing hehe
ReplyDelete